Selamat Datang di Catatan Liar : theOne :-)

Selasa, 27 April 2010

Orang Kampung vs Orang Kota

Orang kampung yang kampungan itu hal biasa. Orang kota yang kotaan itu juga hal biasa. Orang kota yang kampungan itu aneh bin luar biasa. Dan orang kampung yang kotaan, itulah yang perlu kita acungi jempol.
                Nah, tentu saja jempol yang kita berikan tidak hanya sebatas pada gaya rambutnya, cara berpakaiannya, logat bahasanya atau trend-trend kota lainnya. Akan tetapi pengetahuan dan wawasannyalah yang perlu kita acungi jempol itu.

                Berikut ini sekedar contoh. Anda kenal dengan Rahman Bucat. Atau yang lebih kita kenal dengan sapaan Tih Rahman? Memang ia bukanlah tokoh nasional. Akan tetapi pada saat ini [paling tidak secara pribadi] Aku menganggapnya ia adalah tokoh yang patut untuk kita contoh.
                Ia berdomisili di Sei. Majo, Kubu. Sebuah kampung berkembang (atau istilah yang sering digunakan untuk negara yang sedang berkembang adalah; dunia ketiga) yang patut diacungi jempol. Kenapa? Tentu saja alasaannya adalah wawasan dan pengetahuannya yang cukup luas. Mungkin saja pengetahuan yang di milikinya lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang kota, yang notabenenya mudah untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi-informasi terbaru.
                Nah, ternyata setelah dikorek-korek, Aku menemukan rahasianya, dan rahasia itu terkuak, pada suatu hari—waktu Aku di kubu setu—saat Aku berkunjung di kediamannya. Kulihat di sebuah pojok ruang tamunya ada sebuah gundukan yang tertata rapi. Ternyata itu adalah buku-buku dan koran-koran langganannya.
                Bahkan ada salah satu yang menggelitik hatiku adalah kamus ilmiah bahasa Indonesia, kamus yang seharusnya dimiliki oleh pelajar, mahasiswa, guru maupun dosen. Karena ketika kita membaca buku, koran atau menonton tv (khususnya tvOne dan metrotv), sering kali kita tidak mengetahui, apa makna ucapan-ucapan ilmiah yang disampaikan oleh reporternya. Sehingga kita mengangguk-angguk kosong ajolah. Pura-pura tahu.
                Dan buku inilah salah satu yang menjadi referensi  Tih Rahman dalam memahami buku-buku bacaan ilmiah lainnya yang selalu menggunakan istilah-istilah.
                Terlepas dari itu semua, beliau yang sudah kukenal belasan tahun yang lalu (apo tak konal, satu kampung,he.he) adalah orang yang suka membaca dan selalu mecarai tahu hal-hal yang baru. Baik itu lewat membaca atau berdiskusi dengan orang yang dianggapnya lebih tahu. Singkat kata beliau adalah sang pembelajar.
                Nah, hal inilah yang membuat ia [paling tidak menurut versiku sendiri]menjadi kotaan (berwawasan luas dan bepengetahuan banyak). Walaupun ia bertempat tinggal di kampung Sei. Majo. Dan inilah yang kumaksud orang kampung yang kotaan yang harus di berikan acungan jempol.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons