Tentu saja KKN yang satu ini berbeda dengan KKN yang sering kita dengar dalam televisi itu. Jika KKN yang dalam televisi itu sangant dilarang, maka KKN yang sedang atau yang akan kita bicarakan ini justeru sangat dianjurkan.
Anda penasaran? Baca terus!!! KKN yang kumaksud adalah Kuliah, Kerja dan Nikah. Jadi bukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Tapi untuk sekedar diketahui, berdasarkan kamus politik kontemporer korupsi adalah, gejala atau praktek di mana para pejabat badan-badan Negara menyalahgunakan jabatan mereka, sehingga memungkinkan terjadinya suap, pemalsuan dan ketidakberesan lainnya, demi keuntungan pribadi. Sedanngkan Kolusi adalah kerjasama rahasia untuk maksud tidak terpuji (persekongkolan, jual jabatan dll). Dan Nepotisme dimaksudkan untuk menjunjung nama keluarga, menambah penghasilan keluarga atau untuk membantu menegakkan suatu dinasti (imperium).
Baiklah. Kita kembali ke pangkal cerita. Cerita kuliah, kerja dan nikah. Anjurannya sedikit saja. Jika sudah selesai dari sekolah tingkat atas, kuliahlah. Jika sudah selesai kuliah, kerjalah. Dan jika sudah kerja, nikahlah. Usah diagak leh ttuunnnnn…
Namun dari rangkaian KKN itu, ada satu yang menarik bagiku untuk kita diskusikan lebih lanjut. Yaitu “kerja.”
Bagi pengamat sosial, “kerja” merupakan standarisasi seseorang dalam status sosial. Tentu saja. Karena jika sudah kuliah, tapi tidak bekerja, akan disebut pengangguran. Sudah bekerja, tapi belum nikah, akan disebut bujangan (kalau sampai tuo-tuo bolum nikah, akan berubah lai namonyo yaitu bujang lapuk. Udah bujang lapukleh. Duo kali kono jadie).
Nah, kenapa tercipta pengangguran?
Menurut pengamat politik dan akademisi Zamhasari Jamil (kalau mencitoan adik boadik, tak masuk kategori nepotisme doh yok. He..he..) dalam sebuah tulisannya menyatakan bahwa, banyaknya pengangguran di Indonesia saat ini, di karenakan ada sebuah paradigma yang selalu kita tenteng ke mana-mana. Yaitu paradigma “mencari kerja.” Dan hanya sedikit yang berprinsip atau yang merubah pardigmanya menjadi “membuat [lapangan] kerja”
Bisa kita bayangkan, jika semua lulusan sarjana berparadigma “mencari kerja” alamatlah banyak orang-orang ganteng di Indonesia ini yang menjadi pengangguran dan lama kelamaan [bisa] jadi bujang lapuk. Karena tidak seimbangnya antara para pencari kerja dengan lapangan kerja yang tersedia. Tapi itu tidak mungkin. Dari sekian banyak generasi muda Indonesia, Pasti ada yang berprinsip untuk membuat [lapangan] kerja. Yaitu Anda. Ya..!!! Anda yang sedang membaca tulisan ini.
Masih terngiang dan segar dalam ingatanku apa yang pernah disampaikan oleh analis politik Ibnu Rizal (mantan ketua umum mahasiswa Riau di Yogyakarta, budak Toluk Medan) dalam sebuah diskusi tiga tahun yang lalu, beliau menyatakan “buatlah sebuah kolam, agar orang lain bisa memancing di sana.” Sekian ***
0 komentar:
Posting Komentar