Semakin dekat dengan hari H Pemilukada di Rokan Hilir (bahkan saat tulisan ini dibuat, tinggal satu hari lagi) semakin panas pula pemberitaannya di media massa. Tentu tak kalah panas juga perbincangan di masyarakat mulai dari pedagang yang jualan di pasar, nelayan di tengah lautan, di warung-warung kopi hingga di kantor-kantor instansi pemerintah dan instansi pendidikan.
Juga di jejaring sosial seperti facebook, kita melihat terjadi saling hujat dan menjatuhkan antar pendukung dari masing-masing calon, demi keunggulan pasangan calon kepala daerah jempolannya. Polemik di media pun hampir tak bisa dibendung. Entah inilah yang dimaksud dengan demokrasi; kebebasan berpendapat entah karena terkultuskan oleh money politic, wallaua’lam, hingga menepis etika pertemanan dan persaudaraan.
Dalam kesempatan ini saya tidak membicarakan hal itu. Namun yang menjadi perhatian saat membuka internet dan membaca harian Riau Pos 5/5/2011, adalah tulisan sdr. Muhammad Mukhlis di Surat Pembaca. Tulisan tersebut berjudul Pemimpin Ideal Rokan Hilir. Terlepas dari substansi tulisannya, saya mencermati bahwa tulisan itu sudah pernah di turunkan pada 15 Maret 2011 yang lalu. Kemudian selang 20 hari tulisan yang sama dimuat lagi pada 5 April 2011. Lagi-lagi wallahua’lam entah kenapa bisa terjadi pemuatan ulang seperti ini.
Tapi satu hal yang pasti, mengingat sdr. Muhammad Mukhlis seorang aktivis mahasiswa bahkan saat ini ia seorang wakil presiden mahasiswa di salah satu universitas di Riau dan pengurus HIPEMAROHI Pekanbaru, yang notabenenya juga mempunyai massa, agar tidak terjebak dalam dinamika politik untuk hal dukung mendukung kepada salah salah satu calon. Cukuplah sebagai pribadi, kita mempunyai pilihan yang itu kemudian kita jadikan pilihan saat pemungutan suara.
Kenapa? Karena organisasi-organisasi mahasiswa saat ini telah banyak dijadikan mangsa politik oleh calon-calon kepala daerah, untuk melanggengkannya menuju kursi kepala daerah, hingga menghilangkan hakikat power mahasiswa itu sendiri sebagai pengontrol kinerja pemerintah. Sungguh sangat disayangkan jika (seandainya) kekritisan saudara dan rekan-rekan tergadaikan oleh dinamika politik saat Pemilukada. Namun, jika memang tidak bisa menahan diri untuk terjun langsung, tentu saja saya tidak mempunyai kapasitas untuk menghalanginya.
Saya hanya berharap semoga tidak ada “modus” di balik pemuatan ulang tulisan saudara di Surat Pembaca tersebut untuk memberikan dukungan kepada salah satu calon. Bagi saya yang bisa kita lakukan adalah memberikan pandangan kepada masyarakat pemilih (grass root) bahwa pemimpin yang ideal itu adalah pemimpin yang siddiq, amanah, tabligh, fathonah. Hal ini bisa kita lihat dari track recordnya, pendidikan, sosial kemasyarakatan, reputasi atau nama baiknya dsb.. Dan siapa pun pilihannya, berikanlah kebebasan dan biarlah terpulang kepada masyarakat itu sendiri.
Demikianlah sentilan saya pada kesempatan ini, semoga pesta Pemilukada di Rokan Hilir pada 7 April 2011 nanti bisa berjalan dengan baik sebagaimana yang kita harapkan. Dan kepada masing-masing calon, semoga tetap berjiwa besar atas apa pun yang terjadi terhadap hasil pemilihan nanti. Jika anda menang, anda mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menjalankan visi misi yang telah anda umbar di media dan masyarakat. Jika kalah, anda tetap mempunyai kesempatan untuk mengabdi kepada masyarakat. Di sinilah masyarakat menilai, apakah anda seorang yang berjiwa pemimpin atau tidak.
Untuk sdr. Muhammad Mukhlis, kami menunggu risalah-risalah anda berikutnya. Mudah-mudahan sentilannya selalu mencerahkan pembaca sekalian. Selamat memilih!!!
Oleh Abd. Muluk, Mantan Ketua Umum Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta (IPRY) Komisariat Rokan Hilir, Penulis buku Sang Metamorfosa. Asal kec. Kubu, Rokan Hilir.
0 komentar:
Posting Komentar