Realitas Saat Ini, Kondisi Jalan Lintas Kubu dan Kuba yang Sangat Memilukan Hati.
Salam hormat kami haturkan
untuk bapak Bupati di sela-sela kesibukan menjalankan tugas sebagai kepala
rumah tangga sekaligus sebagai kepala daerah. Sungguh kami tidak ingin
kesibukan bapak Bupati terganggu oleh sikap kami. Namun, sepucuk surat ini kami
harapkan bisa bapak baca ketika bapak —barangkali—sedang santai sambil
menikmati secangkir kopi di suatu pagi sebelum aktivitas yang lainnya di mulai.
Bapak Bupati yang kami
hormati.
Kami tahu siapa yang punya
kuasa atas keberlangsungan hidup dan kehidupan ini. Kami tahu siapa yang
merencanakan bagaimana kehidupan ini harus dijalani. Dan kami tahu, manusia
sebenarnya tidak akan mampu melawan takdir-Nya. Akan tetapi kami tidak tahu
apakah manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini, punya rencana
untuk kebaikan dan tolong menolong antar sesamanya. Atau mungkin saling
menjatuhkan dan menghancurkan satu sama lain. Sungguh kami tidak tahu.
Betul, kami punya wakil rakyat
sebagai penyambung lidah. Namun, kami belum punya wakil rakyat untuk penyambung
hati. Sungguh, apa yang kami harapkan adalah kehendak hati. Bukan kehendak
lidah. Jika bapak Bupati punya kesempatan, melalui sepucuk surat ini kami
sampaikan agar bisa merasakan dengan hati, apa yang sedang kami rasakan.
Puluhan tahun rakyat bapak di kecamatan Kubu dan Kubu Babussalam tidak pernah
menikmati mulusnya jalan. Selama itu pula rakyat bapak berlalu lalang dalam
kubangan. Andaipun tidak di musim penghujan, kemaraupun kondisi jalannya penuh
dengan lubang-lubang yang sangat dalam.
Sungguh sangat
memprihatinkan…!!!
Bapak Bupati yang kami
hormati.
Kami tidak tahu apa isi
musrenbang. Dan kami tidak tahu apa isi paripurna penetapan Anggaran. Yang kami
tahu bapak Bupati adalah Kepala Daerah tempat kami mengadu soal pembangunan.
Sudah banyak do’a yang kami panjatkan. Sudah banyak keluhan yang kami
hembuskan. Sekali ini saja kami mengharap, untuk sebuah jalan yang mulus nan
kami rindukan.
Bapak Bupati pasti tahu. Akibat
parahnya jalan, harga beli masyarakat semakin tinggi dan harga jual komoditinya
menjadi rendah. Kemudian bagaimana mungkin kita bercerita tentang pengentasan
kemiskinan, sementara urat nadinya untuk menjadi kaya hampir terputus. Belum
lagi masalah BBM yang terus melonjak yang semakin memperparah keadaan ekonomi
masyarakat.
Bapak Bupati yang kami
hormati.
Sebentar lagi surat ini akan
kami sudahi. Sekali lagi kami sampaikan
ketidaktahuan kami. Apakah jalan lintas kecamatan Kubu – Kubu Babussalam
itu milik pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten. Yang pasti setiap hari jalan
tersebut menjadi lintasan rakyat bapak Bupati.
0 komentar:
Posting Komentar