Bagansiapiapi, 1 January 2014
Rabu, 12.45 WIB
Bissmillahirrohmanirrohim.
Hasil USG oleh dr. Azizah Bagansiapiapi |
Tulisan ini adalah goresan pertama saya untuk
mengawali tahun 2014. Jauh di lubuk hati, ketika detik-detik menapaki 2014,
saya bertekad untuk memulai kembali dunia yang pernah saya geluti ketika
mahasiswa dulu. Lebih tepatnya ketika 2 tahun terakhir menjadi mahasiswa—2010
sampai pertengahan 2012. Hingga menerbitkan sebuah karya kecil yang saya beri
judul Sang Metamorfosa. Insya Allah. Kepada pembaca, mohon do’a dan
motivasinya, paling tidak bisa menulis di Posmetro Rohil dan Riau Pos lagi.
Saat ini, 1 January 2014 saat di mana usia pernikahan
kami memasuki usia ke tujuh (7) bulan atau lebih tepatnya usia yang ke seratus
delapan puluh lima (185) hari. Suatu usia yang masih sangat muda untuk bisa
saling mengerti dan memahami satu sama lain. Namun begitu, rasa cinta yang
tidak bisa saya definisikan, dan kasih sayang yang begitu dalam, “memaksa” kami
untuk saling pengertian. Saling melengkapi segala kekurangan. Hingga saling
mengingatkan rasa syukur dalam ketiadaan. Sampai kami merasakan seakan-akan
kamilah keluarga yang paling berbahagia di dunia yang fana ini.
Di awali dengan mengontrak rumah kecil di
Bagansiapiapi sejak tanggal 11 Juli 2013 yang lalu. Satu hal yang pantas sangat
kami syukuri di antara banyak nikmat yang dikaruniakan Allah SWT adalah
kehamilan sang istri. Begitu indah hari-hari yang saya lewati hingga saat ini. Ketika
saya bisa mendampingi istri dan mengetahui perkembangan janin di dalamnya. Dan sesungguhnya
yang membuat rumah tangga kecil kami terasa begitu bahagia adalah ketika sang
istri mengabarkan awal hamilannya saat usia pernikahan kami begitu sangat muda.
Yakni pada usia ke 28 hari setelah pernikahan. Alhamdulillah…Semua ini atas
kekuasaan_Nya.
Berikut catatan kecil dari sang istri ketika :
“Pada hari Minggu 21
juli 2013 bertepatan dengan 28 hari pernikahanku, saat itu azan subuh berkumandang. Aku bangun dan pergi ke kamar mandi untuk berwudhu. Namun hatiku terdorong lebih dahulu untuk melakukan testpec. Saat menunggu garis hasil test
keluar hatiku gelisah bukan main. Betapa tidak, aku sangat mengharapkan kehamilan
terjadi padaku. Rasanya saat itu lama sekali garis itu muncul tidak seperti saat
aku melakukan pemeriksaan kepada pasien2ku di Rumah Sakit. Pada akhirnya kudapati
dua garis yang tertera pada alat pemeriksaan tersebut. Tetapi garis yang kedua
tidak seterang garis yang pertama. Lalu aku berfikir mungkin belum begitu
kelihatan. Aku memutuskan untuk melakukan pemeriksaan seminggu
kemudian. Setelah hasilnya positif, kuputuskan memberitahu suamiku. Barangkali seperti suami-suami pada umumnya, beliau sangat
bahagia dan kelihatan sangat senang. Tetapi kami sepakat untuk tidak memberitahu
kedua orangtua dengan alasan agar kehamilan ini lebih jelas.”
Begitulah
kekuasaan Allah SWT. Melalui sebuah kehamilan sang istri, sebagian kebahagian
itu telah di raih. Saya berusaha untuk menjaganya dengan baik sepenuh hati. Dan
berdo'a semoga "dia" baik-baik saja alam sana. Amin
0 komentar:
Posting Komentar