Selamat Datang di Catatan Liar : theOne :-)

Kamis, 09 Februari 2012

Buktikan Cintamu! (Refleksi Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW)



Oleh: Abd. Muluk, alumni MTs Muallimin RTP. KIRI dan SMA N 1 KUBU. Pelajar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univ. Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dalam suasana memperingati—atau lebih tepatnya mengenang—kelahiran Nabi Muahammad SAW, banyak ekspresi yang dilakukan oleh umat Islam di dunia ini. Misalnya saja di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia. Dari layar kaca bisa kita lihat bagaimana warga muslim Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah, mengekspresikannya dengan perayaan mengumpulkan buah-buahan dan sumber pengahasilan lainnya, kemudian dibuat dalam bentuk tumpeng raksasa, lalu dibagikan ke masyarakat dan pengunjung, tempat di mana perayaan berlangsung. Untuk  wilayah Yogyakarta terpusat di alun-alun utara depan istana Sultan Hamengku Buwono. Dan ekspresi ini dimaksudkan agar menerapakan bahwa betapa pentingnya di antara sesama untuk saling berbagi.

Di tempat lain atau lebih khususnya di daerah kita Rokan Hilir, memperingati hari-hari besar seperti ini biasanya dirayakan di mesjid-mesjid dengan serangkaian kegiatan atau acara bahkan perlombaan-perlombaan islami, sebagaimana dulu waktu penulis pernah aktif di salah satu mesjid di kec. Kubu tepatnya di mesjid Al Falah RTP Kiri. Begitu juga dengan mesjid-mesjid dan musholla yang lain. Pengurus dan remaja mesjidnya saling bantu untuk menyelenggarakan kegiatan ini, guna untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Begitulah di antara ekspresi kita sebagai ummatnya untuk mengenang atau memperingati hari kelahiran beliau yang luar biasa itu.

Akan tetapi apakah ekspresi ini cukup untuk membuktikan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW? Ekspresi yang hanya menjadi agenda tahunan dan program kerja dari remaja mesjid atau pengurus mesjid? Yang mana setelah acara usai, habislah kisah dan cerita tentang Nabi? Tentu saja tidak! Kita tidak menginginkannya hanya sampai di situ. Yang kita harapkan dari perayaan peringatan itu adalah bagaimana kita bisa menyontoh dan meneladani sikap dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Dan inilah sebenar-benarnya bukti kalau kita sungguh menyintai Muhammad SAW berikut dengan ajaran yang dibawanya, Dinul Islam.

Sikap dan perilaku sebari-hari yang dimaksud adalah sikap Nabi sebagai suami yg sangat romantis,  ayah yang bijaksana dan berwibawa, kepala pemerintah yang pengayom dan pelindung masyarakat. Politikus yang tidak  khianat dan handal dalam mengatur peta politik. Hingga sikap dan perilakunya sebagai pebisnis atau pedagang yang sangat jujur. Dalam riwayat disebutkan, atas kejujurannya itu pula Siti Khadijah (saudagar pada masa itu) merelakan hartanya agar dikelola oleh Muhammad SAW untuk digunakan bagi kepentingan syiar Islam.

Lalu dari manakah kita bisa menemukan dan mendapatkan contoh kehidupan Nabi Muhammad SAW itu? Pasti banyak sekali. Selain dari ceramah yang disampaikan oleh para mubaligh dan mubalighoh dalam acara perayaan peringatan tersebut, kita bisa menemukannya dalam berbagai sumber tertulis. Yakni buku-buku biografi atau kitab-kitab tarikh tentang Muhammad SAW yang banyak terdapat di toko buku maupun perpustakaan. Dari sumber inilah kemudian kita menemukan bagaimana kehidupan Rasulullah SAW sehari-hari.

Dalam kesempatan ini, penulis tidak menguraikan secara detail bagaimana kehidupan beliau sehari-hari. Di samping  sangat tidak mungkin untuk diceritakan dalam tulisan yang sesingkat ini, sebenarnya penulis belum memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu. Mudah-mudahan di lain waktu, Allah SWT beri sedikit kekuatan-Nya kepada penulis, agar bisa merangkum dan menyebarluaskannya kehadapan pembaca.

Namun, sekilas tentang sikap, perilaku satu sifatnya yang amat dikagumi sejak remaja, yang kemudian kaum Quraisy memberinya gelar "Al Amiin" (orang yang dipercaya) ialah sifat jujur dan lurus (amanah). Sifat jujur ini sangat penting digelorakan untuk diamalkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Oleh karena, terutama kalangan elitnya yang cenderung hidup hedonis (duniawi) dan mengabaikan pentingnya kejujuran.

Selain itu, kehidupan yang semakin keras dan penuh persaingan, telah membawa kepada sikap pragmatis dengan menanggalkan kejujuran dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemewahan dan kesenangan materi.

Di kalangan masyarakat sudah ada pandangan, kalau berperilaku jujur dan lurus akan dijauhi, tidak disukai dan hidupnya susah. Ini harus dicegah dan dihentikan pandangan yang menyesatkan itu.

Muhammad Abduh dalam buku Tafsirnya "Al Manar" membagi tingkatan amanah (jujur) menjadi tiga. Pertama, jujur kepada Allah yaitu menepati janji untuk menaati semua perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan kejujuran ialah sifat munafik yaitu kalau berbicara ia berbohong, kalau berjanji ia menyalahi janji, dan jika dipercaya ia berkhianat.

Kedua, jujur terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikannya kepada yang berhak menerima. Jujur semacam ini menurut Imam Ar-Razi, mencakup kejujuran para penguasa dan ulama dalam membimbing masyarakat.

Ketiga, jujur kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya dengan mengambil harta bukan miliknya. Inilah yang disebut sekarang korupsi,

Nah, demikianlah sekelumit tulisan kali ini yang tidak bermaksud untuk menggurui siapa pun, namun lebih kepada mengingatkan dan mengajak kita semua untuk menelusuri sejarah kehidupan beliau guna untuk diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari pada saat ini. Lalu, buktikan cintamu!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons